Perajalan Gya kali ini gak berhenti gitu aja, Loie. Kemaren waktu malam minggu, Gya memang lagi jalan-jalan dan menemukan spot. Tapi nggak mungkin kalau malam-malam ke situ. Gya memutuskan untuk ke situ saat pagi setelah sarapan pagi di Warung Kaki Gunung Budeg.
Papan penunjuk jalan
Yak, nama tempat
ini adalah Makam Tumenggung Surontani yang ada di Desa Tanggung, Kecamatan
Campurdarat. Dari arah Perempatan Tamanan ke selatan, sampai perempatan Pasar
Boyolangu masih ke selatan lagi. Ada yang namanya Tugu Pertigaan Pojok. Disitu
Gya masuk ke timur. Melewati SDN 3 Pojok. Ada tugu besar, belok ke utara sampai
ada bok (jembatan sungai kecil/jalan menanjak) yang ada papan bertuliskan Makam
T.G. Surontani di sebelah timur jalan. Masuk aja ke timur melewati perkampungan
kecil. Jalanya semi semen cor-coran gitu, Loie. Nggak terlalu becek kok kalau
hujan. Masuk ke timurnya agak jauh. Semakin lama jalan juga agak menanjak
sedikit. Jalanya cuman bisa dilewatin satu mobil. . Sebenernya sih enakan naik
montor kalau kesini, hihihi. Letaknya ada di ujung jalan buntu. Di ujung jalan
buntu ini ada pesarean (kuburan). Disitu,
ada komplek berpagar yang ada balainya yang didalamnya ada makam
Tumenggung Surontani . Bagi Loie yang membawa mobil tidak usah takut. Setelah
sampai disini tempat parkirnya luas kok ternyata.
Parkiran luas bisa untuk beberapa mobil
Setelah sampai
disini, suasanya sepi banget, Loie. Gya denger banyak hewan hutan yang
mengeluarkan suara khas hutan belantara. Sepi mampring mencekam. Kalau uda
kayak gini, Gya harus lebih sopan dan berhati-hati buat apa yang bakal Gya
lakuin disini.Tempat ini terdapat
fasilitas seperti kamar mandi, balai, stop kontak dan penerangan yang memadai.
Tempatnya juga bersih.
Sebelum sampai di
ujung jalan buntu pesarean, ada rumah juru kunci di kanan jalan. Bagi Loie yang
mau tanya lebih lanjut, bisa tanya langsung ke Mbah Dipo.
Tanya apa aja gratis kok, Insyaallah. Tapi Gya biasanya kasih uang sepantesnya itung-itung buat balas budi
Ketika Gya sampai
disini, untungnya ada Mbah Dipo. Gya juga menanyakan beberapa pertanyaan
spontan tentang bagaimana awal berdirinya Makam ini, Loie. Ketika awal babad tempat
ini, beberapa orang mencoba untuk membukanya. Tapi ketika orang menginjakan
tanah di tempat ini, rasanya berbeda. Entah ada aura gaib atau apa, tapi ini
juga yang bisa menjadi tantangan bagi orang Belanda pada jaman dahulu. Jadi
banyak orang yang takut untuk datang kesini. Tapi, ada seseorang yang mendapat
ilham (mimpi) dari seseorang yang kalau dalam Bahasa Jawa, “Nggonku enek ning
kono, mbokyo diopeni”. Artinya, tempatku ada disana (Di atas situ), tolong
rawatlah aku. Seketika orang itu datang ke situ dan menandainya (dengan batu
bata besar jaman kuno) yang diimplementasikan sebagai kuburan. Kepercayaan
orang dulu tidak ada aturan dalam arah peletakan kuburan, tapi jelasnya
menghadap ke timur. Aslinya, tempat ini itu bukan makamnya Tumenggung
Surontani, tapi petilasanya saja. Sedangkan Tumenggung Surontani yang dimaksud
disini adalah Tumenggung Surontani Kertayuda. Seiring dengan berjalanya waktu,
tempat ini mulai dibangun lagi dengan dipercantik. Ketika itu orang-orang
dibuat kagum dengan bongakahan batu basa besar dari jaman kuno. Petilasanya
dibuatkan rumah kecil dengan sekelilingnya ada makam-makam lainya. Makam yang
ada di luar rumah petilasan ini, menurut Mbah Dipo adalah akam para prajurit
atau sahabat Tumenggung Surontani Kertayuda. Di pinggirnya ada pagar yang
dikunci gembok. Yah, gakbisa masuk, padahal penasarannn...
Pesarean para prajurit, sahabat, atau saudara Tumenggung Surontani
Terlihat pesarean model kuno
Petilasanya ada di dalam. Tapi nggak boleh masuk dan hanya liat dari luar gerbang
Sekedar info yang
telah Gya baca dari Babad Tulunggaung, nama Surontani tersebut adalah nama
gelar yang diberikan kepada Sultan Agung, Loie. Pada jaman pemerintahan
Mataram, Sultan Agung memerintahkan Surontani untuk menaklukan daerah. Daerah
pesisir terlalu sulit dikalahkan, namun Surontani bisa menaklukan daerah
pedalaman. Lalu Sultan Agung meerintahkan Surontani untuk menjaga dan
mengembangkan daerah pedalaman yang telah ditaklukanya. Surontani ditempatkan
di daerah Wajak, Kabupaten Tulungagung. Surontani yang Gya kunjungi namanya
Surontani Kertayuda, tapi yang ada di makam Wajak namanya Surontani
Kertokusumo. Sebenernya sama saja gelarnya Surontani, tapi orangnya yang
berbeda. Gya juga masih bingung mana yang memerintah duluan. Lain kali Gya akan
sempatkan untuk berkunjung di Surontani Kertakusuma yang ada di makam Wajak.
Di bawahnya ada
balai. Entah itu balai untuk apa. Tapi menurut cerita ayah, tempat itu untuk
orang yang sedang mencari pesugihan lah, kekuatan lah, dan hal mistis lainya. Terbukti
waktu Gya kesitu, ada beberapa orang yang selesai melakukan ritual. Kata Mbah
Dipo, sebelum melakukan ritual, mereka harus ijin dulu dengan Mbah Dipo. Dari
situ Mbah Dipo akan memutuskan, orang itu boleh melakukan ritual disitu atau tidak.
Balainya bersih dan ada stop kontaknya. Nggak perlu takut cario tempat buat ngecas HP, hihihi
Di
dekat Petilasan
Tumenggung Surontani Kertayuda ada Makam Mertua Mantan Gubernur Jawa
Timur yang bisa ndalang. Gya lupa namanya, Loie. Yang pasti ini juga
salah satu tempat bersejarah. Makamnya ditutp rapat dan di gembok.
Minim informasi yang didapatkan untuk pesarean yang ini. Hanya ada gambarnya saja
Bagaimanapun
juga, tempat ini harus tetap dirawat supaya anak cucu kita kelak bisa
menikmatinya juga, Loie.Perlu adanya sosok-sosok Mbah Dipo lain yang
dengan ikhlas dan sabar merawat tempat ini tanpa pamrih. Bukan hanya di
tempat ini saja, tapi diseluruh tempat wisata yang lainya.
Waktu uda mulai
siang nih, Loie. harus beres-beres rumah juga, hehehe. Akhirnya Gya pamit.
Terimaksih atas infonya, Mbah Dipo. Foto dulu dong biar keren.
Always Love your Life, Loie. Bye~