Minggu, 09 Oktober 2016

Petilasan Tumenggung Surontani Kertayuda



Perajalan Gya kali ini gak berhenti gitu aja, Loie. Kemaren  waktu malam minggu, Gya memang lagi jalan-jalan dan menemukan spot. Tapi nggak mungkin kalau malam-malam ke situ. Gya memutuskan untuk ke situ saat pagi setelah sarapan pagi di Warung Kaki Gunung Budeg.

 
Papan penunjuk jalan


Yak, nama tempat ini adalah Makam Tumenggung Surontani yang ada di Desa Tanggung, Kecamatan Campurdarat. Dari arah Perempatan Tamanan ke selatan, sampai perempatan Pasar Boyolangu masih ke selatan lagi. Ada yang namanya Tugu Pertigaan Pojok. Disitu Gya masuk ke timur. Melewati SDN 3 Pojok. Ada tugu besar, belok ke utara sampai ada bok (jembatan sungai kecil/jalan menanjak) yang ada papan bertuliskan Makam T.G. Surontani di sebelah timur jalan. Masuk aja ke timur melewati perkampungan kecil. Jalanya semi semen cor-coran gitu, Loie. Nggak terlalu becek kok kalau hujan. Masuk ke timurnya agak jauh. Semakin lama jalan juga agak menanjak sedikit. Jalanya cuman bisa dilewatin satu mobil. . Sebenernya sih enakan naik montor kalau kesini, hihihi. Letaknya ada di ujung jalan buntu. Di ujung jalan buntu ini ada pesarean (kuburan). Disitu,  ada komplek berpagar yang ada balainya yang didalamnya ada makam Tumenggung Surontani . Bagi Loie yang membawa mobil tidak usah takut. Setelah sampai disini tempat parkirnya luas kok ternyata. 

Parkiran luas bisa untuk beberapa mobil

Setelah sampai disini, suasanya sepi banget, Loie. Gya denger banyak hewan hutan yang mengeluarkan suara khas hutan belantara. Sepi mampring mencekam. Kalau uda kayak gini, Gya harus lebih sopan dan berhati-hati buat apa yang bakal Gya lakuin disini.Tempat ini terdapat fasilitas seperti kamar mandi, balai, stop kontak dan penerangan yang memadai. Tempatnya juga bersih.
Sebelum sampai di ujung jalan buntu pesarean, ada rumah juru kunci di kanan jalan. Bagi Loie yang mau tanya lebih lanjut, bisa tanya langsung ke Mbah Dipo.

 
Tanya apa aja gratis kok, Insyaallah. Tapi Gya biasanya kasih uang sepantesnya itung-itung buat balas budi



Ketika Gya sampai disini, untungnya ada Mbah Dipo. Gya juga menanyakan beberapa pertanyaan spontan tentang bagaimana awal berdirinya Makam ini, Loie. Ketika awal babad tempat ini, beberapa orang mencoba untuk membukanya. Tapi ketika orang menginjakan tanah di tempat ini, rasanya berbeda. Entah ada aura gaib atau apa, tapi ini juga yang bisa menjadi tantangan bagi orang Belanda pada jaman dahulu. Jadi banyak orang yang takut untuk datang kesini. Tapi, ada seseorang yang mendapat ilham (mimpi) dari seseorang yang kalau dalam Bahasa Jawa, “Nggonku enek ning kono, mbokyo diopeni”. Artinya, tempatku ada disana (Di atas situ), tolong rawatlah aku. Seketika orang itu datang ke situ dan menandainya (dengan batu bata besar jaman kuno) yang diimplementasikan sebagai kuburan. Kepercayaan orang dulu tidak ada aturan dalam arah peletakan kuburan, tapi jelasnya menghadap ke timur. Aslinya, tempat ini itu bukan makamnya Tumenggung Surontani, tapi petilasanya saja. Sedangkan Tumenggung Surontani yang dimaksud disini adalah Tumenggung Surontani Kertayuda. Seiring dengan berjalanya waktu, tempat ini mulai dibangun lagi dengan dipercantik. Ketika itu orang-orang dibuat kagum dengan bongakahan batu basa besar dari jaman kuno. Petilasanya dibuatkan rumah kecil dengan sekelilingnya ada makam-makam lainya. Makam yang ada di luar rumah petilasan ini, menurut Mbah Dipo adalah akam para prajurit atau sahabat Tumenggung Surontani Kertayuda. Di pinggirnya ada pagar yang dikunci gembok. Yah, gakbisa masuk, padahal penasarannn...

 Pesarean para prajurit, sahabat, atau saudara Tumenggung Surontani
 
 
Terlihat pesarean model kuno


 
Petilasanya ada di dalam. Tapi nggak boleh masuk dan hanya liat dari luar gerbang


Sekedar info yang telah Gya baca dari Babad Tulunggaung, nama Surontani tersebut adalah nama gelar yang diberikan kepada Sultan Agung, Loie. Pada jaman pemerintahan Mataram, Sultan Agung memerintahkan Surontani untuk menaklukan daerah. Daerah pesisir terlalu sulit dikalahkan, namun Surontani bisa menaklukan daerah pedalaman. Lalu Sultan Agung meerintahkan Surontani untuk menjaga dan mengembangkan daerah pedalaman yang telah ditaklukanya. Surontani ditempatkan di daerah Wajak, Kabupaten Tulungagung. Surontani yang Gya kunjungi namanya Surontani Kertayuda, tapi yang ada di makam Wajak namanya Surontani Kertokusumo. Sebenernya sama saja gelarnya Surontani, tapi orangnya yang berbeda. Gya juga masih bingung mana yang memerintah duluan. Lain kali Gya akan sempatkan untuk berkunjung di Surontani Kertakusuma yang ada di makam Wajak.
Di bawahnya ada balai. Entah itu balai untuk apa. Tapi menurut cerita ayah, tempat itu untuk orang yang sedang mencari pesugihan lah, kekuatan lah, dan hal mistis lainya. Terbukti waktu Gya kesitu, ada beberapa orang yang selesai melakukan ritual. Kata Mbah Dipo, sebelum melakukan ritual, mereka harus ijin dulu dengan Mbah Dipo. Dari situ Mbah Dipo akan memutuskan, orang itu boleh melakukan ritual disitu atau tidak.

 
Balainya bersih dan ada stop kontaknya. Nggak perlu takut cario tempat buat ngecas HP, hihihi


Di dekat Petilasan Tumenggung Surontani Kertayuda ada Makam Mertua Mantan Gubernur Jawa Timur yang bisa ndalang. Gya lupa namanya, Loie. Yang pasti ini juga salah satu tempat bersejarah. Makamnya ditutp rapat dan di gembok.

 
Minim informasi yang didapatkan untuk pesarean yang ini. Hanya ada gambarnya saja

Bagaimanapun juga, tempat ini harus tetap dirawat supaya anak cucu kita kelak bisa menikmatinya juga, Loie.Perlu adanya sosok-sosok Mbah Dipo lain yang dengan ikhlas dan sabar merawat tempat ini tanpa pamrih. Bukan hanya di tempat ini saja, tapi diseluruh tempat wisata yang lainya.
 Waktu uda mulai siang nih, Loie. harus beres-beres rumah juga, hehehe. Akhirnya Gya pamit. Terimaksih atas infonya, Mbah Dipo. Foto dulu dong biar keren.



Always Love your Life, Loie. Bye~


0 komentar:

Posting Komentar